Perjalanan 100 Jam BUS ALS Menuju Bogor

 

Artikel selengkapnya klik disini 

Jumat, 27 Juli 2021, saya melakukan perjalanan dari Padang Sidimpuan menuju Bogor Menggunakan BUS ALS (Antar Lintas Sumatera). Awalnya hanya ada 5 penumpang yang naik kemudian bertambah ketika kami melintasi kota mandailing natal hingga akhirnya BUS pun Penuh.


BUS ALS 77 sholat shubuh di SUMBAR


Kami melewati beberapa desa di kabupaten Tapanulis selatan. Jalan yang berlubang, berlumpur, dan berdebu kami lalui. Ada puluhan Warga yang menitipkan duriannya untuk dijual ke jakarta. Walau supir menolak tetapi warga tetap memohon.



Baca Juga  :


Bus berjalan sekitar 5 jam dan semua terasa normal. Karena kelebihan muatan supir pun merasa ada yang aneh di bagian belakang mobil.  Akhirnya bus berhenti Pada hari Sabtu, 28 Agustus 2021. BUS Bogor kami yang kami naiki mengalami kerusakan di bagian belakang. Usut gak punya usut pak supir mengatakan per besi belakang mobil telah patah dan harus segera diperbaiki.


Kami pun berhenti di RM Tambuo yang terletak di Simatorkis, Rao Selatan, Pasaman, Sumbar. Pukul 03:00 Pagi. Saya berpikir ini hanya kerusakan kecil dan tidak butuh waktu lama untuk memperbaikinya.




Ternyata supir ALS mengatakan tidak memilki suku cadang, sehingga kami harus menunggu montir dari Kotanopan. What!!! itu berarti kami harus menunggu kurang lebih 4-5 jam. Belum lagi untuk memperbaiki mesin bus juga membutuhkan waktu yang sangat lama. Kami pun mencari posisi nyaman hingga matahari terbit. Rumah makan tempat kami singgah belum buka, jadi semua penumpang menunggu di teras.


Hari kedua , pagi hari PUKUL 7: 30, RM Tamboe pun buka, kami masuk satu persatu menuju kamar mandi dan memesan makanan serta minuman. Beberapa Bus ALS Lewat dan supir Kami meminta bantuan, namun tidak ada yang bisa membantu.


Pukul 9 Pagi montir yang ditunggu akhirnya datang juga. Saya merasa senang karena BUS akan segera membaik dan kami melanjutkan perjalanan. Namun tidak semudah itu Ferguso.


Ternyata Ini masih permulaan. Abang montir harus melakukan mengecekan dan pembongkaran beberapa bagian mesin. Sebelumnya pukul 8 pagi saya sudah memesan segelas susu hangat kepada mba-mba di dapur rumah makan. Lalu Pemilik rumah makan datang menghampiri untuk berbincang-bincang.


"BUS kalian itu kalabian muatan, mangkonya rusak" ungkapnya dengan logat minang.


"Iya wak, ada banyak yang menitip durian untuk dibawa ke jakarta dan dijual. Sopirnya sudah menolak karena sudah tidak ada tempat. namun yang nitip memelas dan akhirnya atap mobil dipenuhi puluhan karung berisi durian."


"Oh gitu ya,,, klau sudah begini untuak memperbaiki mobilnya bisa sampai sore, mungkin pukul 4, bisa jadi pukul 2 nanti, tapi saya jamin sore baru beres. Kemaren ada BUS juga yang rusak di halaman itu dan butuh 2 minggu untuk memperbaikinya."


Saya kaget mendengar penjelasannya karena saya tidak punya stok baju banyak jika harus menunggu seminggu lebih wkwk.



Beruntung rumah makan yang kami singgahi menyediakan tempat makan lesehan, makanan khas padang yang berlemak, serta kamar mandi yang bersih.



Pukul satu siang ternyata ucapan pemilik rumah makan benar adanya. Montir baru selesai memperbaiki satu sisi mobil.


Saya jadi teringat tawaran secara tidak langsung pemilik Rumah makan, "Tadi ada bapak yang nanyain penginapan, saya bilang kalau mau istrahat disikko ado kamar, lumayan rebahan dari pagi sampai sore cukup bayar 40 sampai 50 ribu saja. Duit kan ada lebih baik jaga kesehatan dulu."


"Iya Pak, kesehatan itu yang utama" Sahut saya sambil memikirkan tawarannya. beliau pun kembali melayani pembeli yang baru datang.


Montir masih juga belum selesai. Akhirnya kami menikmati suasana Rumah Makan sehari penuh. Kenyang, Santai, namun pasti telat sampai tujuan.


Tiba malam hari akhirnya bus menyala tepat pukul delapan, kami pun melanjutkan perjalanan setelah menunggu kurang lebih 18 jam.


Minggu, 29 April 2021 kami melaju menyusuri jalan lintas sumatera melewati puluhan kota dan kecematan. Menyapa sungai batanghari yang mengalir deras sebanyak dua kali. Melintas dinginnya hujan malam di ujung Jambi. Kami  menembus gerbang masuk Palembang sebelah selatan sumatera.



Kami melewati jalan aspal yang bergelombang dan membuat bus Oleng ke kiri dan ke kanan, penumbang pun silih berganti menegur dengan berteriak woy, bahkan ada yang baru bangun mengatakan hal yang sama padahal tidak mengerti apa-apa. Tapi si abang supir malam berhasil meredakan amarah emak-emak batak.


"Tenang aja ete tadi cuma jalan yang bergelombang" Ucang Abang supir sambil tergugup-gugup.


Hari ketiga, Senin, 30 Agustus 2021, Pukul empat shubuh BUS kembali berlabuh di salah satu Rumah makan di Palembang. Kami istrahat dan sarapan.


Namun, sangat disayangkan, Uwak supir pergi membawa BUS untuk diperbaiki dan kami terlantar lagi hingga waktu yang tidak ditentukan. Padahal jarak kami ke pelabuhan Bakauheni tinggal 6-7 Jam.


Kami menjadi pelangang setia Rumah Makan Musi Indah, Palembang. Puluhan BUS datang silih berganti dari pagi hingga siang, namun kami masih duduk kebingungan.


Ada yang sibuk mencari warung yang lebih murah. Bapak2 sibuk mengisap rokok hingga habis puluhan batang. Ibu-Ibu sibuk menggosip di ujung kamar mandi. Tentu yang digosipin mereka yang tidak ada di dekat ibu2 tersebut. Mungkin hanya saya penumpang laki-laki yang tahu siapa saja yang digosipin.

Sedangkan saya sibuk merindukan bayi di kampung.


BUS kembali setelah menunggu 8 jam

BUS kembali datang pukul 2 siang. Ternyata per besi yang mereka ganti kemaren kembali patah. Sehingga mereka harus mencari bengkel dan membeli per besi bekas. Kami yang telah menunggu kurang lebih 10 jam bukan main senangnya. Kuda besi berwarna hijau berbentuk kotak kembali datang menjemput.


Perjalanan lanjut menuju tol palembang setelah meyapa Sungai Musi lalu masuk ke bandar lampung. Secara mengejutkan uwak supir mentraktir seluruh penumpang untuk makan malam di rumah makan padang, lampung.


Akhirnya. Selasa, 31 Agustus 2021 pukul 5 pagi kami sampai di pelabuhan bakauheni. Setelah menyerahkan bukti swab antigen kami diizinkan masuk. Saya pun langsung mencari ruang lesehan di kalal feri untuk merebahkan tubuh yang lelah.


Nurunin ratusan durian di tangerang

Pukul 7 pagi berlabuh di Merak dan menurunkan beberapa penumpang di Tangerang, Termasuk buah durian yang memnuhi bagasi BUS



 Hingga akhirnya BuS ALS sampai di tujuan akhir terminal Parung Bogor. 


Jika ditotal maka saya melakukan perjalanan dari sidimpuan menuju bogor selama 5 hari 4 malam atau kurang lebih 100 jam. Mungkin ini perjalanan BUS ALS terlama sepanjang sejarah.


BUS ALS 77 tiba di Bogor doc Pribadi

Post a Comment

Previous Post Next Post

Featured post