Pengalaman Pulang Kampung Naik Bus ALS Membawa Bayi

 Traveling kami kali ini menuju kampung Nan Jao di Mato, di Sumatera Utara. Kampung halaman pertama kami ada di Padang Sidimpuan, halaman kedua ada di Langga Payung, sedangkan halaman ketiga ada di Jawa Barat. ya bisa jadi ada halaman ke empat dan kelima berikutnya.

Karena rumah kami ada di depok, jadi kami mencari loket ALS terdekat. Ternyata tidak ada. Loket ALS di Jabodetabek hanya ada 4, yakni daerah Cililitan, Klender, Bogor, dan Tangerang. Setelah berunding, akhirnya kami memutuskan Loket ALS Klender. Kenapa nggak di Cililitan?

Nah ini yang perlu teman-teman ketahui. Ternyata loket ALS Cililitan tidak bisa memberi Bangku di sisi kanan atau di belakang supir. Mereka hanya menyediakan kursi sebelah kiri BUS. Sedangkan kami ingin tepat berada di belakang supir, karena menurut pengalaman, kursi di sisi trsebut sedikit lebih lega.

Namun sangat di sayangkan, ketika kami tiba di sana ternyata KURSI sisi kanan sudah ada yang booking. Kami tidak mungkin mengbah hari keberangkatan, jadi mau tidak mau kami memesan bangku depan sebelah kiri. Padahal kami sengaja memesan tiket 5 hari sebelum berangkat.

Kami tiba di Loket ALS klender pada hari Rabu pukul 2 Siang, karena BUS akan berangkat pukul 4 sore. Selama 2 jam kami menunggu penumpang lain datang. Ada dua orang ibu tua yang membawa dua anak. Dan kami langsung Akrab dengan mereka. Kemudia ada seorang ibu lagi datang terburu-buru untuk memesan tiket. Ternyata mereka duduk bersebelahan dengan kursi kami.

Saya berharap BUS tidak penuh agar saya bisa berpindah ke kursi lain dan memberi  ruang ke istri bersama mybayi di kursi depan atau sebaliknya.Akhirnya BUS berjalan pukul 04:30 menuju pelabuhan merak. Ternyat BUS yang kami naiki singgah sebentar ke Loket ALS Cililitan untuk mengambil belasan motor bekas yang akan di jual di Sumatera.

Malam harinya kami pun melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan. Kami tiba di kapal penyeberangan pada tengah malam. Dan berlabuh di pelabuhan Bakauheni pada Shubuh Hari. Perjalana kembali berlanjut memasuki wilayah lampung dan masuk ke jalan Tol.

Tragedi KM 277

BUS pun berhenti di rest Area mASJID Al-Hikmah tepatnya di KM 277 +500. kami pun berjalan menyebar mencari kamar mandi.disinilah terjadi sebuah kejadian yang tak terlupakan . saya menyebutnya Tragedi KM277. Begini Ceritanya

Rest Area km 277 doc : pribadi

BUS berhenti di KMM 277 pada pukul 6 pagi agar penumang bisa sholat dan buang air. Ternyata seluruh kamar mandi di daerah tersebut kering. Bahkan tidak ada walau hanya satu gayung pun. Semua penumpang lecewa dan mengeluh kepada supir. Seorang Bapak-bapak yang mungkin jarang naik Bus ALS buang hajat di toilet BUS, padahal tidak boleh buang air besar di situ.

Salah satu kenek BUS marah-marah dan si bapak tidak terima. Akhirnya, BUS kembali berjalan setelah semua penumpang mengajukan keluhan. Namun, si Bapak kembali marah-marah. Ia dan Istrinya tidak terima dimarahi si kenek karena mereka merasa sebagai penumpang yang harus di layani dengan baik.

Suasana semakin Panas, si Bapak pun berdiri dan menunjuk wajah sang Supir dan Kenek. Saya pun mulai kesal karena mereka saling bentak tepat di depan anak Saya. Saya pun melerainya dan si Bapak kembali duduk di kursi namun sambil ngedumel dengan keras.

Akhirnya emosi penumpang lain pun terpancing. Ibu-ibu disebelah kami pun berteriak

"Sudah Pak, kitasemua kesel tapi bisa diselesaikan baik-baik kan atau ketika kita berhenti lagi."

Si Bapak terlihat tidak terima

"Pak saya juga bisa marah loh, ni anak saya punya penyakit Jantung saya tidak terima kalau bapak terus-terusan teriak" Sahut ibu disebelah saya.

"Kalau mau pelayan sempurna kenapa tidak naik pesawat saja" Ucap penumpang lain.

Akhirnya suasana kembali kondusif. Bus melanjutkan perjalanan dan kami pun berhenti di Rumah makan Palembang. Saya buru-buru ke kamar mandi membawa bayi untuk dimandikan. Saya dan istri bekerja sama bergantian untuk makan dan mandi. Setelah istrahat kurang dari 1 jam, kami pun melanjutkan perjalanan.

Ternyata istri saya merasa pusing dan akhirnya muntah-muntah. Bukan main bingungnya. Istri saya tidak kuat lagi menggendong bayi karena semua yang ia makan telah keluar. perutnya kosong kepalanya pusing. Ia mabuk kendaraan.

Saya akhirnya menggendong bayi sambil memberi minum dan mengurut leher belakang istri.

Tiba-tiba seorang ibu di sebelah kami menawarkan agar ia menggendong bayi kami yang sedang menangis. Saya pun memberikannya dan ia menimangnya, Alhamdulillah bayi kami riang dan bermain dengannya. Saya kembali menuangkan air minum dan mengurut kepala istri. Ia masih lemas dan tenaganya habis.

Sore BUS berhenti kembali di rumah makan. Kami pun berbincang dengan dua orang ibu yang membawa anak. Ternyata mereka hanya tetangga, dan si ibu satunya hanya membantu mengantar pulang kampung. Bukan main mulianya hati ibu tersebut. Setelah mandi dan istrahat BUS kembali berjalan dan Saya menyarankan istri saya untuk pindah ke belakang dan tidur agar ia tidak pusing lagi.

Malam harinya semua berjalan lancar, istri saya tidak pusing lagi dan kami bergantian menjaga bayi. Kami semakin akrab ngobrol dan membahas berbagai hal dengan seluruh penumpang. Ibu yang menggendong bayi kami siang tadi ternyata tinggal di Medan, dan Istri saya adalah lulusan mahasiswa medan. Ternyata rumah ibu tersebut tidak jauh dari kos istri saya dahulu.

Bayi kami kembali menyebar senyuman kepada siapa pun. Bahkan Penumpang lain bergantian menggendongnya.

Kebingungan dan kehawatiran saya ahhirnya sirna karena orang-orang di dalam BUS begitu hangat dan suasana kekeluargaan begitu terasa. tiga orang ibu di sebelah kami memperlakukan bayi kami layaknya cucu sendiri. Gadis berjaket merah di belakang kami pun menawarkan diri untuk menggendongnya.

Shubuh harinya kami tiba di padang untuk sholat shubuh. Seperti tidak ingin mengulang kesalahan yang sama, supir BUS berlabuh di Masjid megah sehingga pasukan airnya terjamin. Kami menyempatkan diri ngeteh dan makan gorengan di salah satu warung. Supir BUS pun menghampiri saya untuk menggendong dan bercanda bersama baby hasan.

Pukul 9 pagi kami berhenti di bukit tinggi untuk membeli oleh-oleh. Setelah selesai menyelasaikan semua urusan anak, kami pun menyelesaikan hajat kami. Bayi kami semakin akrab dengan anak-anak lain di BUS. Bahkan saat kami makan di sudut Rumah makan, bayi kami makan bersama orang lain di sisi lain. Sehingga, sarapan pagi kali ini terasa seperti liburan keluarga.

Siang harinya kami berhenti di salah satu desa di Sumatera Barat untuk menurunkan belasan motor yang ternyata adalah jual beli motor bekas. Saya membawa bayi keluar unuk sekedar meluruskan kaki. Sorang anak kecil yang juga penumpang BUS datang menghampiri.

Ia pun cerita kalau ayahnya telah meninggal minggu lalu dan mereka tidak punya keluarga lagi di jakarta, sehingga mereka harus pulang ke kampung dan anak tersebut harus berhenti sekolahnya, padahal ia masih duduk di kelas 4 SD dan Nama anak tersebut adalah Putri.Dari cara bicaranya saya yakin ia anak yang sangat cerdas.Kami melanjutkan perjalanan dan singgah malam hari untuk makan di RM mandailing Kota Nopan. Lalu BUS kembali melanjutkan perjalanan menuju Kota Padang Sidimpuan.

Kami tiba pukul 11 malam di loket ALS Padang Matinggi. Kami berpisah bersama ibu-ibu yang telah berjiwa besar memberi perhatian kepada kami. Mereka tetap akan melanjutkan perjalanan menuju kota Medan.Rasanya tidak cukup jika hanya berterima kasih. Bahkan kami pun lupa menanyakan nama cucu ibu tersebut.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Featured post