Kembali Menulis Blog Setelah Sekian Lama Menjadi Wacana


Menjadi perfeksionis itu ada baiknya dan ada buruknya juga. Baiknya kita akan berusaha menciptakan karya yang sebaik-baiknya tanpa ada cacat sedikitpun, dimana hal itu mustahil terjadi.

Dan buruknya, karena menginginkan karya yang sempurna akhirnya kita hanya melakukan berbagai persiapan dan perhitungan untuk membuat karya itu. Dan berakhir dengan tidak pernah selesai bahkan tidak pernah dimulai.


Seperti itu yang penulis rasakan ketika akan memulai menulis lagi. Berharap Setiap artikel/content yang dibuat bisa dibaca banyak orang eh tau tau jadinya kebanyakan mikirin content tanpa menulis apapun.


Ide yang berseliweran di kepala pun akhirnya musnah beberapa menit setelah menempel di otak. Padahal sebaiknya, ide apapun yang nempel di kepala harusnya langsung ditulis dalam note atau langsung dijadikan artikel.


Blog artikelarjuna akhirnya pasrah dengan konten yang sedikit selama satu tahun. Mungkin tercatat artikel yang berhasil penulis buat dari pertengahan tahun lalu sampai sekarang kurang dari sepuluh artikel. Miris.


Padahal, tahun lalu [enulis sudah buat ratusan judul dari hasil riset tentunya untuk dibuatkan artikel berisi sekitar 500-700 kata, tapi semua hanya tinggal rencana/ Hanya 1% dari semua judul-judul tersebut yang jadi menjadi artikel.


Apakah artikel yang telah penulis buat banyak yang baca? ternyata tidak juga. Harusnya ini sudah menjadi bukti bahwa artikel yang penulis gadang-gadang akan diminati banyak orang ternyata sepi juga.


Mungkin karena di awal penulis berharap semua artikel yang ditulis mendapatkan view ribuan atau bahkan satuan, jadi nulisnya enggak rilex dan lepas. Penulis justrul kaku karena terpaku mengikuti berbagai panduan.


Dimana panduan itu justru membuat penulis menghasilkan artikel yang sama dengan yang dibuat robot, AI, atau Chat GPT. Kaku.


Padahal, sejatinya menulis itu membebaskan bukan mengekang. Seperti halnya memasak dengan buku panduan, biasanya hasil masakannya b aja atau mungkin tidak enak. Dan akan menjadi lezat jika sudah biasa dan memasaknya tanpa panduan lagi.


Penulis tidak melarang teman-teman untuk mengikuti panduan, justru itu bagus agar karya yang dihasilkan berkualitas. Penulis hanya menekankan agar pembaca tidak ikut terjebak dalam dunia khayalan perfeksionis. Harusnya judul artikel Khayalan Perfectionist kali ya bagusnya.


Intinya, Artikel ini menjadi introspeksi bagi penulis dan semua orang yang menunda menulis agar kembali rutin menghasilkan artikel yang mungkin bermanfaat untuk beberapa orang. setidaknya bermanfaat untuk diri penulis sendiri.


Post a Comment

أحدث أقدم

Featured post