Resensi Buku Terbaik “Cantik Itu luka” Karya Eka Kurniawan

Membaca Novel 'Cantik Itu Luka' Karya Eka Kurniawan membawa kita melihat peristiwa pilu dan kondisi sosial masyarakat di era peralihan kemerdekaan indonesia.

Novel ini merupakan salah satu karya sastra yang sangat berani dan jujur dalam menggambarkan pergolakan sosial dan sisi buruk manusia yang tersembunyi. Kata Wow sepertinya pantas mewakili kekaguman saya dalam meresensi buku sastra peraih penghargaan Prince Claus Award tahun 2016 ini. Berikut resensi selengkapnya ;

    Identitas buku

    • Judul                : Cantik Itu Luka
    • Penulis             : Eka Kurniawan
    • Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
    • Tahun Terbit     : 2023
    • Cetakan           : Cetakan ke-31
    • Genre              : Realisme Sosial, Asmara, Mystery
    • Kolase              : 505 Hal ; 21 cm x 14 cm

    Tentang penulis

    Eka Kurniawan adalah penulis asal tasikmalaya yang lahir pada tanggal 28 November 1975. Beliau merupakan alumni Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Penulis dengan akun instagram @gnolbi ini telah melahirkan banyak karya sastra dengan aliran realisme magis yang memukau. beberapa penghargaan yang telah beliau terima ; diantaranya Global Thinker of 2015 dari Jurnal Foreign Policy, Prince Clause Award 2016, Piala Citra Penulis Adaptasi skenario terbaik tahun 2023, S.E.A Write Award 2019. Akan tetapi, beliau menolak penghargaan dari pemerintah Indonesia dalam hal ini kemendikbud karena berbagai hal. Salah satunya adalah tidak ada komitmen pemerintah untuk memberantas buku bajakan.

    Sinopsis

    Novel Cantik itu luka berisi kisah fiktif tentang pergolakan masyarakat kota Halimunda di zaman kemerdekaan Indonesia. Sang Penulis Eka Kurniawan mengurai kisah-kisahnya dengan aliran realisme sosial. Tokoh utama atau benang merah dari buku ini adalah Sang Wanita bernama Dewi Ayu, wanita cantik dan cerdas yang menjadi pelacur karena kekejaman penjajah. 


    Buku ini merupakan setumpuk kisah beberapa orang yang merupakan keluarga Dewi Ayu. Pembaca akan diajak mengikuti alur maju mundur yang begitu rumit. Ini adalah novel kedua dengan alur rumit yang penulis baca. Sebelumnya saya pernah membaca epos mahabarata yang juga maju mundur. Dan selebihnya saya hanya membaca karya sastra dengan alur maju sederhana. 


    Baiklah, mari kita mulai mengurai kerumitannya. Seluruh cerita buku ini dimulai dari kisah Neneknya Dewi Ayu yaitu Ma Iyang dengan seorang lelaki bernama Ma Gedik. Namun, keduanya tidak bisa saling memiliki karena Ma Iyang terpaksa menerima pinangan lelaki belanda untuk dijadikan gundik karena kedua orang tuanya diancam. Setelah 16 tahun, dan ma Iyang telah melahirkan seorang putri Aneu Stamler yang merupakan ibu dari Dewi Ayu, Ma Iyang pun melarikan diri dan tentu ia diburu oleh si lelaki yang mencurinya. Semua ia lalui demi menepati janjinya untuk menemui Ma Gedik di bukit cadas.

    “Enam belas tahun yang akan datang, Tuan belanda itu akan bosan denganku. Tunggulah di puncak bukit cadas jika kau masih mencintaiku” (Hal : 32)


    Setelah menjalin rindu dengan Ma Gedik, Ma Iyang justrul melompat dari bukit dan mati. Ma Gedik pun jadi hilang arah dan memutuskan bunuh diri di puncak bukit berdekatan dengan Bukit Cadas tempat ia menjalin rindu bersama Ma Iyang dulu.


    Kita masuk ke generasi berikutnya dalam novel yaitu ibu dan ayah kandung tokoh utama Dewi Ayu. Kedua orang tuanya adalah saudara kandung seayah. Ibunya dilahirkan oleh Ma Iyang dan ayahnya Hendri Stammler, anak kandung si lelaki belanda (Ted Stammler). Setelah melahirkan Dewi Ayu, dan mereka terbang ke belanda dan meninggalkan putrinya bersama neneknya.


    Singkat cerita Dewi Ayu tumbuh menjadi remaja yang cerdas dan sangat cantik. Suatu hari Jepang datang menginvasi indonesia dan belanda pun angkat kaki dari indonesia. Namun, Dewi Ayu yang merupakan keturunan Belanda tetap bertahan di indonesia. Ia dan beberapa orang belanda lainnya pun dikurung dalam tahanan. Sampai satu masa jepang memilih beberapa orang belanda yang masih muda untuk dijadikan pemuas jiwa. Dewi Ayu dengan kecerdasannya tentu menyadari hal tersebut. Dewi sadar tidak sanggup melawan kekuatan jepang dan satu-satunya cara adalah berdamai dan menghadapinya kutukan tersebut dengan rasa hampa.


    Dewi Ayu pun menjadi PSK yang paling cantik dan diidamkan oleh semua lelaki Halimunda di bawah naungan rumah remang-remang milik mama kalong. Karena banyak yang menginkannya, maka harganya pun semakin tinggi dan eksklusif. Setiap lelaki yang mendapatkan kesempatan bersama Dewi Ayu, akan memperlakukannya dengan cara manja dan lembut.


    Selang beberapa tahun menjalani profesinya, Dewi Ayu pun melahirkan 4 orang putri. Tiga diantaranya mewarisi kecantikannya, dan satu malah bertolak belakang dengan yang lain. Buruk Rupa.

     

    Ketiga putrinya bernama Alamanda, Maya Dewi, Adinda, dan Cantik. Alamanda terpaksa menikah dengan tentara Jepang yang paling disegani bernama Shodanco. Hal tersebut dikarenakan ia diperkosa dalam keadaan dibius. Alamanda pun melahirkan seorang putri bernama Nurul Aini. Maya Dewi menikah dengan seorang paling kuat bernama Maman Gendeng dan melahirkan putri bernama rengganis. Sedangkan Adinda menikah dengan pemuda paling tampan bernama Kamerad Kliwon dan mereka melahirkan Putra bernama Krisan.


    Kita masuk ke babak selanjutnya, ketiga anak Dewi Ayu juga mendapatkan kutukan. Suami dan anak mereka justru mati karena berbagai kejahatan. Shodanco mati karena mencari anaknya yang mati. Maman Gendeng mati karena moksa, dan kameral kliwon mati bunuh diri. Nurul Aini dan Rengganis mati karena ulah si krisan yang tak tahu diri, dan krisan mati dibunuh oleh seorang anak penggali kubur karena cemburu.


    Penasaran bagaimana dengan kisah mistis dan berbagai pergolakan yang dialami setiap tokoh. Silahkan baca novelnya.


    Kelebihan

    Diksi dan Bahasa

    Novel ini memiliki bahasa sastra yang sangat menarik sehingga setiap kalimat dan paragraf terasa hidup. Sang penulis memiliki kemampuan yang sangat bagus dalam menceritakan peristiwa fiksi, sehingga pembaca dibuat terpana dengan isi cerita. Eka Kurniawan juga berani menggunakan kata-kata yang tabu untuk dituangkan dalam tulisan. Hal tersebut tentu perlu dilakukan untuk mendukung ekspresi para tokoh dalam cerita.

    Alur Cerita 

    Saya juga harus angkat topi dengan alur yang disodorkan oleh sang penulis. Alur yang digunakan begitu rumit sehingga perlu nalar yang baik untuk memahami rangkaian ceritanya. Apalagi di bab awal novel langsung dibuka dengan kebangkitan tokoh utama setelah 21 tahun mati. dan di bab-bab berikutnya mengalir untuk mengantarkan latar belakang setiap tokoh untuk sampai ke benang merah cerita. Keren. 

    Penokohan 

    Novel ini sendiri mendapat pujian dari redaktur Kompas karena Eka Kurniawan berhasil menggambarkan semua perempuan di dalam novel tampil sebagai perempuan tanpa harus menjadi laki-laki dalam bungkus perempuan. Dalam bahasa lain, sisi lemah-lembut perempuan tetap dipertahankan oleh penulis. Kelebihan lain dari penokohan novel ini adalah semua tokoh memiliki motif dan latar belakang yang sangat detail. Penulis menggambarkan asal-muasal setiap tokoh sehingga setiap karakter terasa sangat hidup dan pembaca mampu memahami motif masing-masing tokoh.

    Isi cerita

    Cerita di dalam novel ini tentu sangat unik, seperti yang saya uraikan di bagian sinopsis. Sebelum membaca novel ini saya sendiri mengira buku ini sebatas kehidupan seorang wanita cantik di zaman penjajahan dan mengalami pemerkosaan berkali-kali dan ternyata tidak sesederhana itu. Lebih dari itu, sang penulis justru membuat cerita yang mewakili berbagai sifat buruk manusia khususnya dalam ketamakan, nafsu dan dendam. Tentu sangat jarang novel dengan kisah tragis dan seluka ini. semua tragedi dibungkus dengan kisah petualangan, asmara dan mistisme. Eka kurniawan adalah salah satu raja dalam sastra surealisme sosial.

    Kekurangan

    Diksi

    Kata-kata yang digunakan terlalu frontal, walaupun saya paham itu untuk kebutuhan ekspresif cerita.

    Penutup

    Novel ini adalah salah satu novel terbaik yang pernah saya baca. Eka Kurniawan berhasil menghipnotis pembaca dengan khayalan ceritanya fiksinya. Ia juga berhasil menghidupkan sastra di kancah perbukuan dan dinikmati oleh banyak orang. Terbukti, buku ini telah diterjemahkan dalam 30 bahasa dan mendapat penghargaan Prince Clause Award tahun 2018. 

    Pelajaran yang dipetik

    Ada beberapa hikmah yang bisa kita ambil dari buku ini ; 

    • Jadilah orang yang selalu menepati janji seperti yang dilakukan oleh Ma Iyang dan Ma gedik yang sabar menunggu 16 tahun berpisah dan bertemu kembali.
    • Jadilah orang yang tenang, cerdas dan berani seperti karakter Dewi Ayu,
    • Bersabarlah demi cinta seperti yang ditunjukkan Maman Gendeng dalam menunggu kekasihnya untuk membuka hati dan juga diri.
    • Komitmen terhadap idealisme diri seperti tokoh kamerad kliwon.
    • Jangan mempermainkan perasaan orang seperti kecerobohan Alamanda
    • Terakhir, beranilah menulis dengan imajinasi yang bebas seperti ditunjukkan oleh sang penulis Eka Kurniawan.

    Post a Comment

    أحدث أقدم

    Featured post